Survei ISC: Elektabilitas Prabowo teratas kalahkan Ganjar dan Anies
Indonesia Survey Center (ISC) telah selesai melakukan survei. Tujuannya untuk mengetahui persepsi Publik mengenai kepemimpinan nasional dan isu-isu yang melingkarinya.
Elshinta.com - Indonesia Survey Center (ISC) telah selesai melakukan survei. Tujuannya untuk mengetahui persepsi Publik mengenai kepemimpinan nasional dan isu-isu yang melingkarinya. Survei yang dilaksanakan 9-19 Agustus 2022 ini menggunakan teknik pencuplikan sampel multistage random sampling varian area random sampling. Sampel yang dicuplik adalah penduduk yang berusia min 17 tahun keatas dan atau yang sudah pernah menikah sebesar 1520 responden dengan Margin of Error ± 2,5% dan Confidence Interval 95%. Pengumpulan data tersebut dilakukan melalui wawancara langsung dengan bantuan kuesioner. Hasil survei yang didapat adalah hasil pada saat survei dilakukan.
Dari 15 nama yang ditanyakan, Mayoritas publik mengetahui (tingkat popularitas) bahwa Prabowo, Ganjar dan Anies dicalonkan/mencalonkan menjadi calon Presiden untuk periode berikutnya. Pada tingkat kesukaan (tingkat likeabilitas) posisi tiga besar ditempati Prabowo, Anies dan Sandiaga. Ganjar berada diposisi ke 4 setelah Ridwan Kamil.
"Prabowo masih meraih kepercayaan publik dengan meraih angka elektabilitas sebesar 30,4. Disusul oleh Ganjar 19,1% dan Anies 13,0%. Prabowo secara perlahan tembus 30%," kata peneliti senior Indonesia Survey Center Chairul Ansari dalam keterangan tertulisnya yang diterima Reporter Elshinta, Rizkiyanto, di Jakarta, Senin (29/8).
Menurut Chairul, dukungan ini menunjukkan kecenderungan kepercayaan publik semakin membesar kepada Prabowo untuk menjadi pengganti pasca Presiden Jokowi lengser. Sementara Ganjar dan Anies masih stagnan di bawah angka 20% karena ketiadaan kepastian dukungan dari Parpol dan mungkin seiring naiknya kepercayaan diri Parpol untuk mengusung kadernya sendiri.
Dijelaskan Chairul, alasan terbesar publik memilih Prabowo, bahwa Prabowo dianggap memiliki kemampuan/kapabilitasnya memecahkan masalah-masalah yang tengah dihadapi Indonesia diantaranya masalah keamanan nasional dan tentu krisis pangan yang tengah mengintai dunia, program kerjanya yang secara terbatas telah diperlihatkan di Kemhan RI, dan latar militer yang tegas dan punya nasionalisme tinggi, apa adanya/tidak pencitraan, loyalitas terhadap Presiden selama menjadi Menhan RI.
"Ketum parpol lebih pasti, tidak ambisi nyapres ,tentunya dengan menunjukkan dirinya fokus menjadi pembantu Presiden sebagai Menhan dan jawabannya sebagai Capres tergantung ijin Bapak Presiden dan sebagainya," ujarnya.
Sementara alasan terbesar publik yang memilih Ganjar yaitu karena ganjar adalah Gubernur tempat pemilihnya tinggal yang memang menjadi basis utama dukungan elektabilitasnya. Sepertinya kecenderungan dukungan terhadap Ganjar masih localize saja. Alasan berikutnya karena faktor parpol pengusungnya. Alasan berikut dapat kita baca bahwa jika parpol yang dipilihnya mengusung Ganjar maka pemilih Parpol akan memilihnya. artinya dukungan sebagian publik kepada Ganjar kecenderungannya masih labil, spekulatif dan rentan tergerus.
"Belum ada satupun Parpol—termasuk PDIP—yang definitif menyatakan dukungannya. Pemilih tradisional/Ideologis PDIP yang terpusat di Jateng kemungkinan besar akan bergeser ke Capres lain bila PDIP tidak mengusung Ganjar," tegas Chairul.
Alasan berikutnya, program kerjanya yang secara terbatas telah sedang ditunjukkannya di Jateng selama dua periode memerintah, kemudian karena kesamaan suku, kesamaan agama dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. Ada juga yang memilih Ganjar karena dipandang merakyat, suka melihanya di Medsos, Sebagian kecil melihat faktor didukung Jokowi, sipil, baik dsb.
"Singkatnya alasan pubik yang memilih Ganjar cenderung beralasan localize, masih spekulatif dan rentan berubah. Alasan ini juga dapat menjawab stagnannya keterpilihan Ganjar," ujar Chairul.
Sementara, kecenderungan terbesar alasan memilih Anies adalah karena kapabilitasnya dalam memecahkan masalah yang ditunjukkan selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, demikian juga program kerjanya, karena kesamaan agama, rekam jejak yang bagus, menguntungkan buat saya dan sebagainya.
Survei ISC mengajukan pertanyaan dalam bentuk simulasi pasangan calon (Paslon) Presiden-Wakil Presiden. Simulasi dengan dua pasangan calon Presiden dan wakil dan simulasi tiga pasangan calon. Pada simulasi dua paslon ditemukan bahwa jika Prabowo dipasangkan dengan Puan atau dengan Ganjar perolehan persentase selalu diatas 60%. Kemudian meskipun masih keluar sebagai pemenang, bila Prabowo dipasangkan dengan Muhaimin atau Khofifah perolehan masih dibawah 50%. Paslon Ganjar-Erick menjadi lawan terberat Prabowo-Muhaimin. Sementara Paslon “all PDIP man” juga masih “keok” bila dipertandingkan dengan Prabowo-Khofifah.
Simulasi tiga paslon masih menunjukkan Prabowo bila menjadi Calon Presiden dan dipasangkan dengan Cawapres siapapun masih tetap keluar sebagai pemenang. Namun Pemilu akan berlangsung dua putaran karena perolehan persentase keterpilihan masih dibawah 50%. Kemudian dari simulasi ini menunjukkan ada kecenderungan bila Prabowo dipasangkan dengan Cawapres yang berlatar PDIP akan jauh lebih kuat dibanding dengan pasangan yang lainnya.
Pada pertanyaan tentang elektabilitas Partai Politik (Parpol) bila pemilu legislatif dilaksanakan hari ini, untuk sementara waktu PDIP, Gerindra dan Demokrat masih keluar sebagai tiga besar. Golkar masih perlu kerja lebih keras lagi untuk Kembali ke kluster tiga besar yang menjadi langganannya dalam tiap Pemilu pasca orde baru. Parpol yang identik dengan parpol mediocre seperti PKB, PKS dan NasDem untuk sementara masih mampu bertahan di papan tengah kecuali PAN dan PPP yang berada dipapan bawah, dibawah Perindo. Bagi Parpol mediocre ini bila tidak ada terobosan dan tak jeli dalam memilih partner koalisi dan dukungannya terhadap Capres bukan tak mungkin akan terdepak sebagai parpol penghuni Senayan.